MAKALAH
METODE PENGEMBANGAN MATEMATIKA
AUD
“ GAME SEBAGAI AKTIFITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA ANAK
USIA DINI “
Disusun Oleh :
SITI SAODAH
NIM :
14.86207.024
Dosen Pembimbing :
DR. JAMILAH,M.Pd
SEMESTER V
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PAUD
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AL-AZHAR DINIYYAH JAMBI
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan limpahan rahmat-Nya jua lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Amin…
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Metode Pengembangan Matematika AUD yang dibimbing oleh Ibu DR. JAMILAH,M.Pd
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Metode Pengembangan Matematika AUD yang telah memberikan arahan kepada
penyusun dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ GAME SEBAGAI AKTIFITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA
ANAK USIA DINI “ ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin...
Jambi, Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................
|
i
|
KATA PENGANTAR
……………………………………………………….
|
ii
|
DAFTAR ISI …………………………………………….........…………..…
|
iii
|
|
|
BAB I PENDAHULUAN
|
|
A. Latar Belakang …………………………………............…………..……
|
1
|
B. Rumusan Masalah ………………………………............………………
|
2
|
|
|
BAB II PEMBAHASAN
|
|
A. Tujuan Pengenalan dan aktifitas belajar
matematika pada AUD...
|
3
|
B. Prinsif-prinsif permainan matematika
AUD.....................................
|
4
|
C. Landasan pengenalan matematika
AUD.......................................
|
4
|
D. Manfaat gane dan pengenalan kemampuan berhitung
AUD.................
|
6
|
E. Standar matematika untuk
AUD.............................................................
|
7
|
F. Game (permainan) dan metode berhitung di jalur
matematika................
|
9
|
G. Pengaruh permainan dan perkembangan
kreatifitas matematika terhadap
kehirupan anak
.................................................................
|
12
|
|
|
BAB III PENUTUP
|
|
A.
Kesimpulan
|
15
|
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................
|
16
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Matematika adalah sesuatu
yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di PAUD
adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain
dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang berada dalam rentang
usia
4-6 tahun.
Anak pada usia ini merupakan sosok
individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan
anak
adalah suatu proses perubahan belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek yang meliputi gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama
maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak,
metode yang paling efektif dalam pembelajaran adalah metode bermain, karena
dunia anak adalah dunia bermain. Namun perlu diingat, walaupun dunia anak
adalah dunia bermain, ada beberapa materi pelajaran dalam proses pembelajaran
yang harus dikuasai oleh anak usia taman kanak-kanak, salah satunya adalah pembelajaran
matematika seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pembelajaran matematika di
taman kanak-kanak meliputi pengenalan angka, pengenalan membilang, dan
pengenalan bangun-bangun geometri. Oleh karena itu diperlukan suatu media
pembelajaran yang mampu mengaktualisasikan semua aspek-aspek pembelajaran
matematika dalam proses belajar mengajar, namun tetap sesuai dengan keadaan
psikologis anak pada usia taman kanak-kanak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dalam makalah ini
penulis mengangkat permasalahan media pembelajaran matematika berdasarkan
metode bermain pada siswa taman kanak-kanak dengan batasan-batasan topik dalam makalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana Tujuan pengenalan dan aktivitas belajar
matematika pada anak usia dini ?
2. Apa Landasan pengenalan matematika anak usia
dini ?
3. Apa Manfaat Game matematika pada Anak Usia
Dini ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan pengenalan dan aktivitas belajar matematika pada anak usia dini
Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran
berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap
mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang
lebih komplek, Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini
melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau
angka-angka yang terdapat di sekitar anak.
Anak dapat menyesuaikan
dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan
keterampilan berhitung,Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya
apresiasi yang tinggi,Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya,Memiliki
kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
Materi pelajaran dalam
proses pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak usia taman kanak-kanak, salah
satunya adalah pembelajaran matematika seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Pembelajaran matematika di taman kanak-kanak meliputi pengenalan
angka, pengenalan membilang, dan pengenalan bangun-bangun geometri. Oleh karena
itu diperlukan suatu media pembelajaran yang mampu mengaktualisasikan semua
aspek-aspek pembelajaran matematika dalam proses belajar mengajar, namun tetap
sesuai dengan keadaan psikologis anak pada usia taman kanak-kanak.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan
dalam hal bermain adalah permainan anak tidak bersifat kompetitif. Artinya
permainan yang mereka mainkan tidak bertujuan untuk melawan, melainkan untuk
memperoleh kesenangan. Kemenangan dan kekalahan tidak menjadi perhatian
anak-anak. Tanpa disadari, bermain sebenanrnya adalah proses belajar berbagai
pengetahuan, baik pengetahuan fisik, pengetahuan logis-matematis, maupun
pengetahuan sosial.
B. prinsip –prinsip permainan matamatika anak usia dini
a.
Permainan matematika di berikan secara bertahap
diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang
dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
b.
Pengetahuan dan
keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap menurut
tingkat kesukaranya, misalya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dana
dari sederhana ke yang lebih kompleks
c.
Permainan matematika akan berhasil jika
anak-anak diberi kesempatan berpartispasi dan dirangsang untuk menyelesaikan
masalah-masalahnya sendiri.
d.
Permainan matematika membutuhkan suasana
menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu
diperlukan alat peraga/ media yang sesuai dengan tujuan, menarik, dan
bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
e.
Bahasa
yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang
sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan
sekitar anak.
f.
Dalam permainan
matematika anak dapat di kelompokkan sesuai tahap penguasaan berhitung yaitu
tahap konsep, masa transisi dan lambang.
g.
Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak
harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
C. Landasan pengenalan
matematika anak usia dini
Beberapa teori yang mendasari perlunya
permainan matematika anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan
belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses
membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada
anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena
belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri.
Anak usia TK berada pada tahapan
pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian
pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu
mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada
interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).
2. Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka
orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan
bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan
sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur
matematika yaitu:
1. Penguasaan konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu
dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit,seperti pengenalan warna,
bentuk, dan menghitung benda/ bilangan.
2. Masa transisi
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan
dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda
kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep.
Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk
menggambarkan konsep warna, besar untuk ,menggambarkan konsep ruang, dan
sebagainya.
D. Manfaat game dan pengenalan kemampuan berhitung anak usia dini
1.
Membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar.
2.
Menghindari ketakutan matematika sejak awal.
3. Membantu anak belajar matematika secara alami
melalui kegiatan bermain.
Peran guru dalam mengembangakan kegiatan
belajar matematika adalah
1. Membangun rasa ingin tahu anak secara alami
tentang bentuk, ukuran, jumlah, konsep-konsep dasar lain dalam matematika.
2.
Peduli dan tertarik terhadap apa yang dikatakan anak. Hal ini akan
mendorong anak untuk menceritakan pengalaman dan penemuan mereka.
3. Penerimaan terhadap sejumlah kegiatan
matematika yang dilakukan anak. Hal ini akan mendorong kepercayaan diri untuk
tetap berpikir, bertanya, dan berbagi pengalaman tentang hal berbagai hal yang
dialami anak.
Ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai
menyenangi permainan berhitung antara lain:
1. Secara spontan telah menunjukan ketertarikan
pada aktivitas permainan berhitung.
2. Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa
pemahaman.
3. Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di
sekitarnya secara spontan.
4. Anak mulai membanding bandingkan benda-benda
dan peristiwa yang ada di sekitarnya.
5. Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi
angka dan benda-benda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.
Hal yang perlu
diperhatikan:
1. Apabila ada anak yang cepat menyelesaikan
tugas yang diberikan guru, hal inii menunjukkan bahwa anak tersebut telah siap
untuk diberikan permainan berhitung dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
2.
Apabila anak menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau
mengalihkan perhatian pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah terjadi
masalah pada anak. Itu berarti, anak membutuhkan perhatian atau perlakuan yang
lebih khusus dari guru.
E. STANDAR MATEMATIKA UNTUK
ANAK USIA DINI
Konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini
antara lain:
1. Bilangan
Salah satu konsep matematika yang paling
penting dipelajari anak adalah pengembangan kepekaan bilangan. Peka terhadap
bilangan berarti tidak sekedar menghitung. Kepekaan bilangan itu mencakup
pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Ketika
kepekaan terhadap bilangan anak-anak berkembang, mereka menjadi semakin
tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan
dini anak-anak dengan bilangan.
2. Aljabar
Menurut NTCM (2000), pengenalan aljabar
dimulai dengan menyortir, menggolongkan, membandingkan, dan menyusun
benda-benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat lain, mengenal,
menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi sumbangan kepada pemahaman
anak-anak tentang penggolongan.
3. Penggolongan
Penggolongan (klasifikasi) adalah salah satu
proses yang penting untuk mengembangakn konsep bilangan. Supaya anak mampu
menggolongkan atau menyortir benda-banda, mereka harus mengembangkan pengertian
tentang “saling memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”.
Kegiatan yang dapat mendukung kemampuan klasifikasi anak adalah:
a) Membandingkan
Adalah proses dimana anak membangun suatu
hubungan antara dua benda berdasarkan atribut tertentu. Anak usia dini sering
membuat perbedaan, terutama bila perbandingan itu melibatkan mereka secara
pribadi.
b) Menyusun
Menyusun atau menata adalah tingkat lebih
tinggi dari perbandingan. Menyusun melibatkan perbandingan benda-benda yang
lebih banyak, menempatkan benda-benda dalam satu urutan. Kegiatan menyusun
dapat dilakukan didalam maupun luar kelas, misalnya menyusun buku yang diatur
dari yang paling tebal, mengatur barisan dari anak yang paling tinggi/ pendek, dll.
4. Pola-pola
Mengidentifikasi dan menciptakan pola
dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak mulai melihat
atribut-atribut yag sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda. Anak-anak
senang membuat pola di lingkungan mereka.
5. Geometri
Membangun konsep geometri pada anak di mulai
dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan
gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep
letak seperti dibawah, di atas, kiri, kanan meletakkan dasar awal memahami
geometri.
6. Pengukuran
Ketika anak mempunyai kesempatan untuk
pengalaman-pengalaman langsung untuk mengukur, menimbang, dan membandingkan
ukuran benda-benda, mereka belajar konsep pengukuran. Melalui pengalaman ini
anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran.
7. Analisis data dan probabilitas
Percobaan dengan pengukuran, penggolongan, dan
penyortiran merupakan dasar untuk memahami probabilitas dan analisis data. Ini
berarti mengemukakan pertanyaan, mengumpulkan informasi tentang dirinya dan
lingkungan mereka, dan menyampaikan informasi ini secara hidup.
F. Game (permainan) dan metode berhitung di jalur matematika
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan
berhitung di PAUD dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang
yang terdapat di semua jalur metematika, yang meliputi pola, klasifikasi
bilangan, ukuran, geometri, estimasi, dan statistika.
1. Game pola
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyusun
pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan, setelah melihat dua
sampai tiga pola yang ditujukan oleh guru anak mampu membuat urutan pola
sendiri sesuai dengan kreativitasnya. Pelaksanaan bermain pola di kelompok A
dan B dimulai dengan menggunakan pola yang mudah/sederhana untuk selanjutnya
pola menjadi yang kompleks.
2. Game Klasifikasi
Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau
memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai
dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Game Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami
konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda
pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokan sesuai dengan lambang bilangan.
4. Game Ukuran
Anak Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran
standard yang bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, besar, tinggi,
dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali,
tongkat, lidi, dan lain-lain.
5. Game Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan
berbagai macam benda, berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati
benda-bendayang ada disekitar anak misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar,
segi empat, segi lima, segi enam, setengah lingkaran, bulat telur (oval).
6. Game Estimasi (Memperkirakan)
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan
memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah
ataupun ruang. Selain itu anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan yan akan dihadapi.
- Perkiraan waktu misalnya:
·
Berapa hari biji tumbuh?
·
Berapa lama kita makan?
·
Berapa lama anak dapat memantulkan bola?
·
Berapa ketukan gambarnya selesai?
- Perkiraan luas, misalnya: berapa keping untuk
menutupi meja?
- Perkiraan jumlah, misalnya: berapa jumlah ikan
yang ada dalam aquarium?
- Perkiraan ruang, misalnya: berapa anak
bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini?
7. Game Statistika
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk
memahami perbedaan-perbedaan dalam jumlah dan perbandingan dari hasil
pengamatan terhadap suatu objek (dalam bentuk visual).
Metode yang digunakan oleh guru adalah salah
satu kunci pokok di dalam keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan
oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan
penguasaan konsep, transisi dan lambang dengan berbagai variasi materi, media
dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Adapun metode yang dapat digunakan
antara lain :
1. Metode Bercerita:
Adalah cara bertutur kata dan menyampaikan
cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. Jenisnya antara
lain, bercerita dengan alat peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan
lain-lain.
2. Metode Bercakap-cakap:
Adalah salah satu penyampaina bahan pengembangan
yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak
dengan guru, atau anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas,
berdasar-kan gambar seri, atau berdasarkan tema.
3. Metode Tanya Jawab:
Dilaksanakan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi-kan rangsangan agar anak aktif untuk
berpikir. Melalui pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk memahaminya dan
menemukan jawabannya.
4. Metode Pemberian Tugas:
Adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan
oleh guru.
5. Metode Demonstrasi:
Adalah suatu cara untuk mempertunjukan atau
memperagakan suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa.
6. Metode Eksperimen:
Adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu
percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut.
Berbagai metode yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan
berhitung. Hal ini disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta
tergantung kepada kreativitas guru.
G. PENGARUH PERMAINAN DAN PERKEMBANGAN
KREATIVITAS MATEMATIKA
TERHADAP KEHIDUPAN ANAK
Melalui permainan matematika, secara tidak
langsung anak akan belajar mengenal banyak hal, diantaranya:
a. Perkembangan social emosi
Matematika dapat mengembangkan rasa percaya
diri anak, cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mendorong keberanian dan memberi dukungan atas
usaha anak terhadap alasan matematis yang diyakininya.
2. Mengupayakan anak agar tidak kehilangan rasa
yakin.
3. Bersedia menerima tanggapan anak walaupun
tentang hal yang tidak logis.
Matematika dapat mengajarkan anak tentang
makna bekerjasama dan berbagi, cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk
belajar dalam kelompok.
2. Menawarkan bermacam-macam bahan secara
terbatas.
3. Mendorong anak untuk belajar dari suatu
masalah dan berusaha menyelesaikannya bersama.
b. Perkembangan kreativitas
Permainan matematika memberikan kesempatan
kepada anak untuk menggunakan pikiran secara kreatif. Cara yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Buatlah pertanyaan dalam beberapa jawaban.
2. Ajukan pertanyaan yang anda tidak tahu
jawabannya.
3. Tunjukkan bahwa guru menghargai kreatifitas
anak.
c. Perkembangan fisik
Permainan matematika dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus. Cara yang dilakukan antara lain:
1. Memberikan kesempatan yang luas untuk
permainan manipulasi bahan seperti papan pasak, bongkar pasang, dll.
2. Memberi kesempatan untuk mengerjakan tugas
sehari-hari seperti mengaduk juice, meletakkan buku pada almari.
3. Memberikan kegiatan menumpahkan atau
mengunci/menutup untuk anak usia 2 dan 3 tahun.
4. Anak usia 4 dan 5 tahun disediakan kegiatan
yang lebih variasi seperti menggunting, meronce, dll.
Permainan matematika dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus. Cara yang dilakukan antara lain:
1. Mendorong anak untuk bermain aktif.
2. Memberikan kesempatan menggunakan tubuh mereka
secara bebas.
d. Persepsi visual dan spasial
Cara yang dapat
dilakukan antara lain:
1. Dorong anak untuk mencoba puzzle sesuai level
yang tepat.
2. Tawarkan bahan yang dapat membuat mereka
berkreasi pada pola-pola potongan visual mereka sendiri.
e. Perkembangan kognitif
Permainan matematika dapat mengembangkan
kognitif yang berhubungan dengan keterampilan masalah. Cara yang dilakukan
antara lain:
1. Mengupayakan agar pemecahan masalah dibuat
sesuai pengalaman.
2. Tidak menyepelekan solusi yang kurang logis.
Permainan matematika dapat mengembangkan
kognitif yang berhubungan dengan konsep dasar ilmu pasti. Cara yang dilakukan
antara lain:
1. Sabarlah saat anak berjuang untuk meletakkan
pikiran ke dalam bahasa.
2. Gunakan literature untuk mendorong anak agar
dapat mengucapkan konsep matematis.
Permainan matematika dapat mengembangkan
kognitif yang berhubungan dengan keterampilan logis dan beralasan. Cara yang
dilakukan antara lain:
1. Beri kesempatan anak untuk menjelaskan
bagaimana mereka mendapatkan jawaban pada pertanyaan matematika.
2. Hargai setiap alasan anak karena alasan muncul
sesuai dengan pertumbuhan mental.
Gambar
di atas menunjukkan salah satu permainan di taman kanak-kanak. Permainan di atas memenuhi aspek
pengenalan bilangan serta pengajaran membilang dan berhitung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Usia
taman kanak-kanak adalah usia penting sebagai awal penentuan berbagai
kemampuan, baik kognitif, fisik, bahasa, maupun sosial. Oleh karena itu, diperlukan
suatu lembaga pendidikan dengan media dan metode pembelajaran yang tepat untuk
anak usia taman kanak-kanak (4-6 tahun). Tetapi perlu diingat bahwa dunia anak
adalah dunia bermain. Maka metode dan media pembelajaran, khususnya matematika,
harus tepat dan sesuai denga kondisi psikologi anak usia taman kanak-kanak.
Usia taman kanak-kanak adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di
jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima
dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila
mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas
perkembangan-nya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam
permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar
dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari
sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Forman, George
E dan Fleet Hill. 1983. Constructive Play Applying Piaget in the Preschool
(Revised Edition). United States of America: Addison-Wesley Publishing Company.
Hailitik, Erni. 2008. Meningkatkan Kreatifitas Guru Melalui
Penggunaan Media Pembelajaran Kubus Multiguna di Taman Kanak-Kanak,
(online),
(http://widjajaedu.wordpress.com/2008/08/31/meningkatkan-kreatifitas-guru-melalui-penggunaan-media-pembelajaran-kubus-multiguna-di-taman-kanak-kanak-erni-hailitik-oepura/),
diakses 28 April 2013.
Moenir, Mardiah. 1992.
Teori Pendidikan Taman Kanak-Kanak. Malang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan
Perawatan Fasilitas.
Moeslichatoen dan
Abdul Manan. 1992. Metode Pengajaran Bidang Pengembangan Pendidikan Taman
Kanak-Kanak. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Slavin, Robert
E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik (Edisi Kedelapan). Jakarta: PT
Indeks.
Syaodih,
Ernawulan. 2012. Perkembangan
Anak TK, (online), (file.upi.edu/.../FIP/.../PERKEMBANGAN_ANAK_TK.pdf), diakses 17 April 2013.
Wolfgang,
Chalres H dan Mary E. Wolfgang. 1992. School for Young Children:
Developmentally Appropiate Practices. United States of America: Allyn and
Bacon.